Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kopi, Dahulu dan Sekarang

Dulu, jauh sebelum JKT 48 terbentuk, kopi selalu diidentikkan dengan para pria yang usianya boleh dibilang sangat mapan (baca : tua). Bahkan lebih dari itu. Dan uniknya lagi, biasanya mereka sering mengenakan kopeah (peci) sambil menyelipkan sebatang rokok ada salah satu telinganya. Atau mungkin saja pada kedua telinganya.

Memang betul, di dunia ini segala sesuatunya diciptakan saling berpasangan dan melengkapi, ya contohnya kopi dan rokok ini, mereka layaknya dua sejoli yang tidak bisa dipisahkan. Di mana ada kopi, maka di situ biasanya ada rokok. 

Di berbagai pelosok di negeri ini, secangkir kopi biasa dinikmati oleh orang-orang pinggiran. Saya menyebutnya wong cilik di negeri ini, karena nasib dan eksistensi mereka selalu terpinggirkan dan tergerus oleh keserakahan dan ketamakan dari segelintir manusia. You know lah!!


Secangkir Kopi
a picture by pixabay

Jumlah rupiah yang harus dikeluarkan untuk menikmati secangkir kopi sangatlah terjangkau. Maka tidak heran, hampir di setiap rumah di pedesaan selalu tersedia kopi sebagai minuman pelepas penat dan 'teman' di saat santai, teman yang boleh dibilang lebih setia daripada seorang pacar sekalipun

Mengenai racikannya? Cukup sederhana. Hanya diperlukan kopi hitam bermerk lawas, biasanya paling top Kapal Api dan beberapa sendok gula. Beres...

Maka tidak heran, di tengah masyarakat mulai muncul sebuah stigma, bahwa kopi identik dengan orang-orang tua (sepuh). Pada saat itu, seolah kopi hanya milik para senior.

Kopi Ikutan Naik Kelas

Pada jaman kekinian, pergerakan kopi semakin signifikan. Kopi tidak lagi hanya dinikmati oleh orang-orang tua di wilayah pedesaan saja. Pada kenyataannya, kopi semakin menunjukkan taringnya, mengingat para penikmat kopi kini bukan hanya dari kalangan orang-orang pinggiran saja, namun merembet naik sampai kepada orang-orang yang katanya duitnya tidak ber-seri (baca : orang kaya ). 

Bahkan keberadaan kopi sekarang tidak lagi hanya bisa dinikmati dari depan teras rumah, dari perkumpulan pemain domino (gapleh) atau dari pos-pos siskamling saja, tetapi telah naik derajat dengan menempati tempat-tempat yang lebih elit, seperti mall megah, hotel berbintang, restoran kelas kakap hingga cafe kopi di pinggir jalan.

Tidak dapat dipungkiri, secangkir kopi mampu meningkatkan rasa gengsi pada seseorang. Semisal, saat Anda memegang secangkir kopi dengan merk/brand yang sudah sangat terkenal, sebut saja brand Starbuc*s, tentu akan membuat Anda merasa sedikit berbangga, ketimbang Anda memegang secangkir kopi yang harganya bahkan tidak lebih mahal dari harga sebuah pembalut. Yah meskipun hanya sebuah kebanggaan yang semu, tapi setidaknya seperti itulah fenomena yang terjadi saat ini.

Secangkir Kopi Tetap Saja Terbuat dari Biji Kopi!

Namun masih banyak orang yang tidak terlalu mempedulikan prestise (kebanggaan) maupun status sosialnya, contohnya ya seperti saya. Yang penting masih bisa menikmati secangkir kopi sudah menjadi kepuasan tersendiri bagi saya. Toh bahannya juga sama-sama masih terbuat dari biji kopi biasa. Iya kan... Lain ceritanya kalau biji kopinya terbuat dari biji besi atau biji batubara, baru Anda boleh bangga dengan kemampuan luar biasa yang Anda miliki.

Varian rasa kopi pun kini hadir semakin beragam. Banyak pilihan memang, mulai dari rasa vanilla, mocca, chocolate, white coffee dan masih banyak lagi. Tidak lagi hanya sekedar kopi hitam dan gula saja, yang kelihatannya cukup monoton pada saat itu.

Boleh dibilang, kopi telah mencapai puncak kejayaannya, di saat negeri ini masih 'merangkak' untuk meraih kejayaannya di bumi ini. Kejayaan kopi bahkan telah jauh, jauh meninggalkan kejayaan negeri +62. 

Kini kopi semakin diminati dan dinikmati oleh berbagai kalangan. Tidak peduli siapapun Anda, status sosial Anda maupun profesi Anda. Kopi pun dapat dinikmati di sela-sela berbagai aktivitas yang Anda lakukan. Saya pun terbiasa menikmati secangkir kopi di tengah aktivitas ngeblog maupun saat bekerja. Bagaimana dengan Anda??

#AdaKopi

2 komentar untuk "Kopi, Dahulu dan Sekarang"

  1. Betul, mas. Indonesia memang kaya akan kopi. Harga dan rasa yang ditawarkan juga beragam, tergantung kesukaan.

    BalasHapus
  2. @Kopiah Putih : Ya betul memang Mas, ada banyak pilihan rasa dan juga harga. Perkembangan kopi meningkat seiring perkembangan zaman, hehehe

    BalasHapus