Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengalaman Mudik Naik Bis

 
blog mas hendra
Gambar : blog.indahnesia.com

Setiap saya berangkat kerja ke kantor (kalo ke bioskop, namanya nonton), terkadang sesekali berpapasan sama bus-bus luar kota segede gaban. Karena jalur saya berdekatan dengan terminal Lebak Bulus. Saya selalu teringat sewaktu mudik ke kampung halaman.

Kebetulan sudah lama juga saya gak mudik naik bis. Selain pernah mudik naik motor, tapi saya paling sering mudik naik travel. Lebih nyaman. Kadang ada suka dukanya juga kalo mudik naik bis. Tapi kayaknya lebih banyak dukanya. 

Berikut daftar bis yang pernah/sering saya tumpangi saat mudik :
  • MUDIK KE KUNINGAN
1. Bis Luragung Jaya

Trayek : Kuningan - Jakarta
Banyak di temui pada area-area yang nyempil alias pinggiran Jakarta. Kayak di Slipi, Grogol, Kebayoran, Mampang dan terminal-terminal lainnya di Jakarta. 

Speed : bintang 5 alias cepat sekali
Kebayang gak sih dari Jakarta ke Kuningan cuma empat jam, disaat bis-bis lain jalan dengan lemah lunglai. Saya yakin para driver-nya berguru sama CJ (Carl Johnson, pemeran utama game GTA San Andreas). Makanya mereka nyetir bisnya jarang pake rem. Atau mungkin juga mereka berguru sama Michael Schumacher. Entahlah.. *Tanyakan saja sendiri. Bis ini sangat cocok bagi Anda penyuka tantangan yang dapat memacu adrenalin dan sport jantung karena kecepatannya diatas rata-rata.

Kenyamanan : bintang 2 (kelas ekonomi dan AC)
Penumpang arah Kuningan senasib sama ikan teri yang dipepes, alias sama-sama berdesak-desakkan. Berjubel-jubel. Bedanya, ikan teri rasanya gurih bisa dimakan. Kalo penumpang....? Enaknya diapain yaa.. Penumpang pun bisa dihibur sama live performance musisi jalanan. Mulai dari bis berangkat keluar terminal sampe terminal tujuan. Selalu silih berganti. Kalo seluruh lagunya dikumpulin mungkin bisa dapat 10 album. Pedagang asongan seolah gak mau kalah, silih berganti memasuki "kancah" perekonomian di dalam bis. Sungguh terlalu. *banting gitar bang Rhoma Irama.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, sepertinya bis ini bis satu-satunya yang selalu penuh terus dijejali penumpang. Yang jadi aneh, kenapa penumpangnya mau aja naik bis yang meskipun sudah penuh, mereka rela berdiri lama. Bak upacara militer. Mungkin jadwal para penumpang yang sibuk dan padat, seperti layaknya seorang bisnismen yang membutuhkan transportasi cepat dan harga yang sangat ramah seramah diriku pada dirimu.

2. Bis Sahabat

Trayek : Jakarta - Kuningan
Masih satu seperguruan sama Luragung. Cuma lain guru lain sekolah. *lho!! Markasnyapun gak beda jauh. Sama sama bis jadul. Sekelas Obbie Mesakh. Tapi trayek bis Sahabat ini lebih bervariasi, ada yang ke Merak juga lho. Tapi kalo jurusan yang kehatimu, gak bakalan ada deh.

Speed : bintang 3 biasa aja
Kecepatan biasa aja. Berjalan perlahan seolah membawa beban di pundaknya. Sering dilewati oleh bus cepat macam Luragung Jaya. Sahabat seperti merelakan di salip oleh teman-temannya. Hmmm.. indahnya persahabatan.

Kenyamanan : bintang 2 (kelas ekonomi)
Hampir semua bis ke arah Kuningan pasti penuh bejubel. Kenyamanan masih jauh dari kata sempurna. Perpaduan antara musisi jalanan dan pedagang asongan seolah berkolaborasi dengan sangat baik di atas bis.

3. Bis Setia Negara

Trayek : Jakarta - Kuningan
Kebanyakan bis saat ini sudah menggunakan sistem jemput penumpang. Mereka memiliki pangkalan tersendiri diluar terminal resmi. Dan saya pernah mempunyai pengalaman pahit (sepahit obat) dengan bis yang satu ini. Saya pernah naik bis ini dari Caracas, Kuningan dengan tujuan terminal Jakarta (Lebak Bulus), tapi apa lacur, kami semua diturunin di Kampung Rambutan. Jelas-jelas trayeknya terpampang "Kuningan - Jakarta (Lebak Bulus)". Dengan seenak udele dewek nurunin penumpang. Kami jadi terlantar (untung kami gak dipelihara sama negara). Kami semua benar-benar kecewa dan kapok gak akan pernah naik bis ini lagi. I swear!! Bis Setia Negara yang gak setia sama penumpangnya.

Speed : bintang 4 lumayan cepat
Cukup menjadi pesaing berat Luragung, tapi bedanya supirnya gak rabun, masih bisa bedain mana jalan raya mana trotoar.

Kenyamanan : bintang 2 (kelas ekonomi)
Gak beda jauh sama dua "temannya" diatas. Saya tetap memberikan rate bintang dua alias masih jauh dari kata sempurna. Musisi jalanan naik turun silih berganti. Seolah mereka berebut "panggung" demi menarik minat penumpang dalam menyisihkan sebagian recehan mereka. kalo gak ada recehan, mereka masih dapat dibayar dengan sebatang rokok kok. Jadi siap-siap aja bawa rokok berbungkus-bungkus meskipun Anda gak merokok.


  • MUDIK KE TEGAL
1. Bis Dewi Sri
Trayek :  Jakarta (Pondok Labu) - Tegal (Yomani) / Purwokerto
Saya biasa naik bis ini dari Pondok Labu, JaJakarta Selatan. Karena itu yang paling dekat dari rumah. Tapi harus pagi-pagi soalnya berangkat jam delapan pagi. Saya biasa cari yang jurusan Yomani, Tegal. Tapi kalo gak ada ya bisa juga jurusan Purwokerto. 

Speed : bintang 2 
Kelambatannya sungguh menguji kesabaran kebanyakan penumpang. Sepertinya cocok untuk Anda yang gak mengejar waktu. Bis ini rela di salip kendaraan-kendaraan lainnya. Mengalah dan selalu mengalah. Berangkat dari Jakarta jam delapan pagi sampe di Yomani, Tegal bisa jam empat sore.

Kenyamanan : bintang 3 (kelas ekonomi)
Bis ke arah Jawa Tengah saya rasakan jauh lebih nyaman dari ke kampung halaman saya sendiri, Kuningan. Pedagang asongan dan musisi jalanan sangat jarang. Karena bis ini sering menolak pedagang dan musisi jalanan di tengah jalan. Patut diacungi jempol. Bis ini memiliki rumah makan sendiri dengan rasa makanan yang standard. Namanya "Srikandi". Letaknya di daerah Subang. Pengecekkan jumlah penumpang pun selalu dilakukan di rumah makan ini. Tapi bis ini kebanyakan sudah sepuh. Harus banyak yang segera dipensiunkan layaknya para PNS yang sudah mulai usia sepuh. Sering mengalami problem pada bagian ban dan mesin. Bahkan suatu hari saya dan beberapa penumpang pria lainnya pernah mendorong bis ini ketika mogok di daerah Brebes. Sepertinya penumpang sering dapat pelatihan otot lengan yang baik. Yang setuju, angkat tangan.



Posting Komentar untuk "Pengalaman Mudik Naik Bis"